Langsung ke konten utama

BAHAN AJAR

Pendidikan menjadi salah satu faktor yang sangat strategis dan substansial dalam upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia pada suatu bangsa. Semakin berkualitas pendidikan suatu bangsa maka akan semakin berkualitas pula sumber daya manusianya. Dalam upaya peningkatan kualitas pendidikan tentu tidak dapat dilakukan secara instan, melainkan dilakukan secara bertahap dan berkesinambungan pada berbagai komponen pendidikan dan atau komponen sistem pembelajaran. Misalnya saja guru atau pendidik yang salah satu fungsinya adalah sebagai pendesain pembelajaran.
Dalam mendesain pembelajaran diketahui ada empat elemen minimal dan utama yang harus diperhatikan, yaitu desain materi atau bahan ajar, desain kompetensi, desain strategi, dan desain evaluasi atau asesmen.[1] 
Bahan ajar atau materi pembelajaran secara garis besar terdiri dari pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus dipelajari siswa dalam rangka mencapai kompetensi yang telah ditentukan. Secara terperinci, jenis-jenis materi pembelajaran terdiri dari pengetahuan (fakta, konsep, prinsip, prosedur), keterampilan, dan sikap atau nilai-nilai.[2] Bahan ajar merupakan salah satu komponen sistem pembelajaran yang memegang peranan penting dalam membantu siswa mencapai kompetensi dan tujuan pembelajaran yang telah ditentukan.  
Masalah penting yang sering dihadapi oleh guru/ pendidik dalam kegiatan pembelajaran adalah memilih atau menentukan bahan ajar atau materi pembelajaran yang tepat dalam rangka membantu siswa mencapai kompetensi. Hal ini disebabkan oleh kenyataan bahwa dalam kurikulum atau silabus, materi bahan ajar hanya dituliskan secara garis besar dalam bentuk materi pokok. Adalah menjadi tugas guru untuk menjabarkan materi pokok tersebut sehingga menjadi bahan ajar yang lengkap. Selain itu, bagaimana cara memanfaatkan bahan ajar juga merupakan masalah. Pemanfaatan yang dimaksud adalah bagaimana cara mengajarkannya ditinjau dari pihak guru dan cara mempelajarinya ditinjau dari pihak siswa. Intinya, guru sebagai pengembang bahan ajar hendaknya mengetahui tentang apa dan bagaimana bahan ajar itu, sehingga guru dapat mengembangkan bahan ajar dengan sebaik-baiknya guna meningkatkan kualitas pembelajaran, sehingga diharapkan mampu meningkatkan kualitas pendidikan.
 Bahan ajar merupakan salah satu komponen sistem pembelajaran yang memegang peranan penting dalam membantu siswa mencapai kompetensi dan tujuan pembelajaran yang telah ditentukan. Karenanya, guru sebagai seorang perencana (planner) dan pendesain (designer) pembelajaran dituntut untuk benar-benar mampu memahami hakikat bahan ajar, tujuan dan manfaatnya, jenis-jenisnya, prinsip pengembangannya, teknik pemilihannya, serta cara penyusunannya. Terlebih lagi, mampu mengaplikasikannya ke dalam kegiatannya. Saat guru mampu dalam hal tersebut, tentu akan berdampak pada keberhasilan pembelajaran, dan keberhasilan pendidikan secara umum. Ini akan menjadi faktor yang sangat strategis dan substansial dalam upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia di negara kita Indonesia. Semoga!



[1] Lihat Bermawy Munthe, Kunci Praktis Desain Pembelajaran (Yogyakarta: CTSD UIN Sunan Kalijaga, 2009), h. 3.
[2] Harjanto, Perencanaan Pengajaran (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), h. 224. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sejarah Pendidikan Islam, By: Indah Dina Pratiwi, dkk.

Bismillah. Dalam rangka membantu memperkaya referensi perkuliahan, buku ini dapat diakses siapa saja. Bagi mahasiswa atau siapa saja silakan klik link berikut untuk melihat dan atau mendownloadnya. Free. Semoga bermanfaat dan menjadi amal jariyah bagi penulis. Aamiin ya Rabb. https://drive.google.com/file/d/1IMc2jzmFSk_3F_gVwQ-vzl-kXc_X-VSd/view?usp=sharing NB: Apabila link tidak bisa langsung diklik, dapat dicopy dulu dan paste di laman pencarian google, lalu klik 'search'

TEORI BELAJAR HUMANISTIK

BAB I PENDAHULUAN A.    Latar Belakang Belajar dapat didefinisikan sebagai suatu proses yang kompleks yang terjadi pada diri setiap individu manusia sepanjang hidupnya. Proses belajar itu sendiri terjadi karena adanya interaksi antara seorang individu dengan lingkungannya. Oleh sebab itu, belajar dapat terjadi kapan dan dimana saja. Pada awalnya, upaya untuk memahami tentang proses belajar adalah dengan cara tradisional yakni didasarkan pada pengalaman. Selain itu dapat pula didasarkan pada pemahaman filsafat. Dalam hal ini, pemahaman yang dimaksud adalah pemahaman filsafat idealisme Plato dan realisme Aristoteles. Plato berpendapat bahwa segala pengetahuan itu diwariskan dan merupakan komponen natural, sedangkan Aristoteles sebaliknya, meyakini bahwa pengetahuan berasal dari pengalaman indrawi dan tidak diwariskan (Hegerhahn dan Olson, 2009: 30). Kemudian dalam tahapan perkembangannya, upaya untuk memahami tentang proses belajar lebih mendekatkan diri pada ranah ps...

RESENSI BUKU: ISLAM UNTUK DISIPLIN ILMU (IDI) FILSAFAT

PPs UINSU Sejak ilmu pengetahuan memisahkan dirinya dari filsafat sebagai induknya, tersisa dua bidang yang tetap melekat pada filsafat bahkan menjadi inti pembahasannya. Pertama , apa yang dapat diketahui?, dan kedua , apa yang harus dikerjakan? Jauh sebelum agama islam hadir hingga masa kontemporer dewasa ini, permasalahan yang melulu dibahas dalam lapangan kefilsafatan berkisar pada tiga realitas pokok persoalan yang dibahas oleh manusia sehubungan dengan inti pembahasannya tersebut, yaitu persoalan alam, persoalan manusia, dan persoalan tentang Tuhan. Judul buku   Penulis         Penerbit        Tahun terbit  Tebal buku   : : : : Islam Untuk Disiplin Ilmu Filsafat Prof. Dr. Zakiah Daradjat, dkk Depag RI. 2001 xvi + 15...