Malam ini aku teringat, seorang guru waktu di MDA (Madrasah Diniyah Awaliyah, aku dan teman-teman menyebutnya ngaji sore) dulu. Juwairiyah nama aslinya, tapi lebih dikenal dengan nama panggilannya 'Cik Jur'. Dia suka bilang kalau belajar itu ibarat perang, dan buku adalah senjatanya. Coba bayangkan perang tanpa senjata! Kau akan duluan kalah, duluan mati! Tiap kata-katanya sangat membekas bagiku. Meski para murid MDA dulu selalu menjulukinya 'cik cerewet', tapi aku tidak! Kurasa dia berlaku wajar sebagaimana perlakuan guru terhadap murid. Dia tegas, disiplin, suka menegur yang salah. Ada kebiasaannya yang unik. Suka menulis dengan aksara Arab-Melayu. Tanda tangannya juga Arab-Melayu. Tiap pembagian rapor, dia pasti mempersiapkan hadiah untuk muridnya yang rangking 1, 2, 3, dan murid yang absensinya bersih. Hadiahnya dibungkus kertas warna coklat, dituliskannya di kertas itu nama murid peraih hadiah, ya, tulis tangan, pakai Arab-Melayu. Dulu aku selalu kagum, bukan main...