Aku menggerutu. Mengapa panas mentari hanya sekejap? Kuharap tidak hujan ketika rintikan air sudah mulai menggenangi halaman kecil di depan rumahku. Pasti tergenang lagi, begitu prediksiku. Benar saja, semen-semen yang membatu sudah menampung tetesan hujan yang jatuh pada cekungannya yang sebenarnya tidak begitu dalam. Lagi-lagi aku kesal melihatnya. Kapan halamanku bebas dari genangan hujan? Belum selesai kupikirkan langkah yang perlu kubuat agar air tak tergenang, kulihat seekor kucing datang, lantas minum tepat di genangan yang kukesalkan tadi. Aku tercengang! Dasar bodoh! Dasar egois! Mengapa kesal pada cara Allah menyampaikan rezeki kepada makhluk-Nya? Mungkin aku perlu cara pandang yang baru, yang lebih menyeluruh.